Our social:

Latest Post

Kamis, 16 Juni 2016

Reklamasi Sungai di Dukuh Jawar

Alih Fungsi Sungai Demi Lapangan Futsal

Masyarakat  dukuh jawar tambakdono kelurahan sumberejo kecamatan pakal Surabaya saat ini boleh berbangga hati, sebab tak lama lagi lapangan futsal hasil bantuan pejabat DPRD kota Surabaya bisa segera di nikmati anak cucu mereka yang hobby bermain bola.

Lapangan yang di bangun di atas lahan yang di anggap tidur tersebut telah rampung di kerjakan. Saat ini sudah memasuki dalam tahap pengecatan pagar pembatas. Ada yang bangga tetapi ada juga yang kecewa.

Bangga karena ada kemajuan pembangunan di wilayahnya berupa penambahan fasilitas umum. Kecewa lantaran merelakan sungai sebagai tumbalnya. Dilihat dari fungsinya , sungai tersebut merupakan sumber air bagi tambak dan sawah di sekitar. Sehingga petani maupun petambak bisa terus melaksanakan tugasnya tanpa harus khawatir kekurangan air walaupun saat musim kemarau.

Namun dengan di putusnya aliran air sungai mau tidak mau tambak dan sawah di sekitar hanya berharap pada air hujan. Secara tidak langsung kebijakan ini akan mengurangi penghasilan mereka. Apakah ini sudah di pertimbangkan?

Saya rasa tidak ada pertimbangan dengan landasan kemakmuran. Yang ada hanyalah kemulusan kepentingan elite politik yang menguasai daerah pemilihannya.

Sejak di fungsikannya Gelora Bung Tomo para investor banyak yang melirik kawasan surabaya barat untuk investasi dan pengembangan bisnisnya. Jika penataan pembangunan tidak sesuai arah kemaslahatan, bukan tidak mungkin beberapa tahun kedepan banjir akan masuk pemukiman warga jawar yang dahulu tidak pernah kebanjiran. Baiknya hal itu juga perlu di perhitungkan. Bukan hanya asal bangun untuk mengeruk untung.

Sabtu, 11 Juni 2016

Razia Puasa Wujud Kebodohan Kebijakan

Polemik Razia Warung Makan Di Bulan Ramadhan


Baru-baru ini media massa, medsos, media televisi tengah di ramaikan berita razia warung makan oleh pemerintah serang melalui satuan polisi pamong praja sebagai eksekutor nya. Puluhan warung di razia dengan dalih memberi makan atau mendukung orang yang tidak puasa.

Tindakan tanpa tedeng aling- aling ini rasanya tak sepatutnya di lakukan apa lagi di legalkan dengan ketetapan peraturan yang di ketuk oleh segelintir orang yang tak paham apa yang patut di razia, apa itu puasa, apa itu moral dan apa yang di maksud rasa kemanusiaan.

Oke perangkat pemerintah tetap bersikeras menutup warung makan yang nampak di jalanan. Lantas bagaimana dengan indomart, alfamart, rumah makan di dalam mall apakah mereka juga terkena razia???

Berbagai macam alasan di buat-buat supaya tidak malu setelah mengetuk palu. Saya yakin itu. Puasa tidak puasa makan tidak makan itu urusan pribadi setiap orang dengan Tuhannya. Kalau menerapkan aturan harus berlandaskan keadilan. Bukan berlandaskan kekuatan atau jabatan.

Andaikan warung makan di larang buka siang hari, apakah pemerintah berani menjamin kebutuhan hidup penjual tersebut terpenuhi? Harusnya pemerintah bangga dengan pribumi yang berwirausaha. Lha wong pemerintah gak bisa kasih lapangan kerja kok. Pengangguran di mana-mana. Inovasi di berantas, kreatifitas di lindas. Mau di bawa kemana bangsa ini jika terus seperti ini.

Mbok yo mikir kalo bikin aturan. Jangan bisanya hanya cari obyekan.




Jumat, 10 Juni 2016

Puncak Lawu Saksi Bisu Protesku

Cukup Satu Kata Saja  'LAWAN'


Semrawutnya pemerintahan saat ini semakin tak terkendali. wajah-wajah hasil pesta demokrasi yang memoles tai menjadi nasi, mengemas batu menjadi permata hingga pemilih tak tau beda mana yang benar-benar batu mana yang asli mutiara.

Beragam media di manfaatkan untuk mencitrakan sudra menjadi brahma. bagi saya monyet lebih mempesona daripada mereka yang mencitrakan diri untuk mendapat simpati dalam menguasai beberapa posisi penting. 

Reklamasi semakin gencar di galakkan oleh para pengembang yang berjalan beriringan dengan kebijakan pemerintahan sebagai tameng kelancaran. belum selesai masalah reklamasi di Bali, sekarang di tambah reklamasi di jakarta yang sebenarnya sudah berlangsung beberapa bulan belakangan. 

Awak media beramai-ramai menyiarkan kasus reklamasi seraya tak setuju dengan isu itu. Tapi apa yang nampak di permukaan tak semanis yang kita telan. hanya beberapa minggu saja perlahan-lahan media menyurutkan liputannya. Lantas bagaimana kelanjutan kasus tersebut? mana solusi dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang seharusnya berlandaskan keadilan supaya terciptanya kemakmuran masyarakat.

Rasanya sudah tak ada lagi keberadaban manusia yang berlandaskan sila kedua dalam pancasila. Begitu besarnya rasa kecewa tak tahu harus mengadu kemana dalam setiap perjalanan aku sampaikan pesan di ketinggian.

Sebab saya bukan widji tukul yang melancarkan protesnya dengan barisan puisinya yang tajam, dan aku bukan cak nun yang berjuang melawan ketidak adilan dengan mereformasi pemerintahan hingga runtuhnya orde lama. tetapi dari beliau berdua saya belajar banyak pemahaman dalam satu kata yang tersurat maupun tersirat. yaitu 'LAWAN'